Memasuki Tahun Baru 1428 H: "Jadikan Diri Sebagai Muslim yang Terarah, Terencana, Mengutamakan Bukti dan Siap Berdakwah ---- Mari Kita Melaksanakan Puasa Asyura dan Tasu’a Di Bulan Muharram ini

Monday, January 22, 2007

Orang yang Panjang Umurnya dan Baik Amalnya

Imam At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Kuraib dari Zaid bin Habbab dari Muawiyah bin Shalih dari Amr bin Qais dari Abdullah bin Busr Al-Aslami Radhiyallahu Anhu, bahwasanya ada seorang Badui bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang terbaik?” Beliau bersabda,
مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ .
“Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.” (HR. At-Tirmidzi) (1)

Mungkin, di antara hadits-hadits Nabi tentang amalan seorang muslim yang dapat membuatnya menjadi terbaik di antara kaum muslimin, yang sifatnya paling umum adalah hadits ini. Bagaimana tidak? Sebab, yang dimaksud Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan amal di sini, adalah segala perbuatan baik yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Setiap perbuatan yang di dalamnya ada unsur taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan akal sehat serta adat masyarakat menganggapnya sebagai perbuatan terpuji, maka itulah yang dimaksud dengan amal baik di sini. Itu pun, jenjang waktu pelaksanaannya sangat panjang terbentang, yaitu di sepanjang usia seseorang.

Dengan demikian, tanpa diperinci amalan apa saja yang dilakukan oleh seorang muslim semasa hidupnya, selama ia dikenal sebagai orang yang selalu rajin beribadah kepada Allah, taat menjalankan sunnah Nabi-Nya, dan senantiasa menjauhi segala hal yang dilarang dalam ajaran agama Islam, maka dialah sesungguhnya orang muslim terbaik yang sejati. Karena, orang ini tidak hanya melakukan amalan-amalan tertentu saja dalam hidupnya, melainkan melakukan semua amal perbuatan yang baik.

Hadits ini juga mengisyaratkan sekaligus mensyaratkan, bahwa orang yang terbaik di sini adalah yang panjang umurnya. Sehingga dapat dipahami, bahwa orang yang sama-sama terkenal sebagai orang saleh dan ikhlas selama hidupnya, tetapi yang satu usianya lebih panjang dari yang lain, maka yang lebih panjang umurnya inilah yang lebih baik. Bahkan Imam Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya memberikan satu keterangan khusus, bahwa bisa jadi orang yang panjang umurnya dan baik amalnya lebih baik daripada seorang yang mati syahid di jalan Allah.

Ibnu Hibban meriwayatkan dari Imran bin Musa dari Ya’qub bin Humaid dari Abdul Aziz bin Muhammad dan Ibnu Abi Hazim dari Yazid bin Abdillah dari Muhammad bin Ibrahim At-Taimi dari Abu Salamah dari Abdurrahman dari Thalhah bin Ubaidillah Radhiyallahu Anhu, “Bahwasanya ada dua orang laki-laki dari salah satu kabilah di Arab datang kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Kebetulan kedua orang ini masuk Islamnya bersamaan. Salah satu dari mereka adalah seorang yang sangat rajin beribadah. Kemudian dia ikut berperang fi sabilillah dan mati syahid dalam perang tersebut. Adapun yang seorang lagi, dia masih hidup setahun setelah kematian sahabatnya. Sehingga, orang yang satu ini masih sempat berpuasa Ramadhan. Lalu ia meninggal. Dan, Thalhah bin Ubaidillah melihat dalam mimpinya bahwa orang yang terakhir meninggal ini dipersilahkan masuk surga terlebih dahulu daripada sahabatnya yang lebih dulu meninggal.” (2)

Dalam At-Tamhid, disebutkan sebuah hadits dari Ubaid bin Khalid As-Sulami Radhiyallahu Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mempersaudarakan dua orang laki-laki. Kemudian salah seorang dari mereka meninggal lebih dulu. Sedangkan yang satunya lagi meninggal seminggu kemudian. Setelah Nabi bersama para sahabat menshalatkan jenazah orang yang terakhir meninggal ini, beliau berkata, “Apa yang kalian bacakan untuknya?” Para sahabat menjawab, “Kami mendoakannya. Kami membaca; Ya Allah, ampunilah dia dan sandingkanlah dia dengan saudaranya.” Maka Rasulullah bersabda, “Lalu dikemanakan shalat yang dia lakukan setelah saudaranya meninggal, puasa yang dia lakukan setelah saudaranya meninggal, dan amal yang dia lakukan setelah saudaranya meninggal?” Demikian, Abu Umar An-Namri menjelaskan hadits tentang keutamaan orang yang panjang umurnya dan baik amalnya dengan hadits ini. (3)

DR. Musthafa Said berkata, “Yang dimaksud dengan baik amalnya, yaitu jika seseorang melakukan suatu perbuatan baik disertai dengan kelengkapan syarat-syarat dan rukun-rukunnya dengan ikhlas hanya mengharapkan keridhaan Allah Ta’ala semata.” (4)

Berkaitan dengan hal ini, Ammar bin Yasir Radhiyallahu Anhu mengatakan, bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
مَثَلُ أُمَّتِي مَثَلُ الْمَطَرِ لَا يُدْرَى أَوَّلُهُ خَيْرٌ أَمْ آخِرُهُ . (رواه أحمد والترمذي)
“Perumpamaan umatku seperti hujan, tidak diketahui mana yang lebih baik; yang pertama atau yang terakhir.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi) (5)

Maksud Nabi, orang muslim yang meninggal lebih dulu belum tentu lebih baik daripada orang muslim yang meninggal belakangan. Karena bisa jadi yang meninggal belakangan lebih baik daripada yang meninggal lebih dulu, dikarenakan amal-amal yang dilakukannya lebih banyak –baik dari sisi kuantitas ataupun kualitas. Sekalipun orang muslim yang meninggal lebih dulu dikenal sebagai orang yang saleh dan rajin beribadah. Sama seperti air hujan; tidak diketahui manakah yang menyuburkan tanah dan tumbuh-tumbuhan, apakah tetesan yang turun pertama kali ataukah yang terakhir.

Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya kepada para sahabat,
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِخِيَارِكُمْ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ خِيَارُكُمْ أَطْوَلُكُمْ أَعْمَارًا وَأَحْسَنُكُمْ أَخْلَاقًا . (رواه أحمد)
“Maukah kalian aku beritahu tentang orang yang terbaik di antara kalian?” Para sahabat menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” Kata beliau, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling panjang umurnya dan paling baik amalnya.” (HR. Ahmad) (6)

No comments: