Memasuki Tahun Baru 1428 H: "Jadikan Diri Sebagai Muslim yang Terarah, Terencana, Mengutamakan Bukti dan Siap Berdakwah ---- Mari Kita Melaksanakan Puasa Asyura dan Tasu’a Di Bulan Muharram ini

Sunday, January 14, 2007

Di Balik "Musibah" di Tanah Suci

Hajj-e-BaytullahBerhaji di tahun ini, adalah pengalaman haji saya yang pertama. Ada harapan besar dari saya pribadi_tentu juga bagi mereka yang berhaji_yaitu ibadah itu mabrur. Semoga diterima Allah SWT. Memang, kendati menjadi harapan semua orang, kemabruran bukanlah sesuatu yang mudah diukur. Tidak semudah kita mengetahui kita lulus sekolah atau naik kelas. Sejumlah kiai dan ustad berusaha memudahkan pengertian mabrur tersebut. Yakni, adanya proses peningkatan. Setelah menunaikan ibadah haji, seseorang menjadi lebih baik. Lebih baik amal ibadahnya, amal sosialnya, tutur katanya, dan lain-lain. Namun sejatinya, Allah Ta'ala sajalah yang tahu mabrur tidaknya haji seseorang.

Ada sebuah pelajaran berharga yang saya dapat, diluar dari menjalankan rangkaian ibadah yang sudah ditentukan, yakni kepedulian. Ada hal-hal yang _mungkin_ selama ini terlupakan dari cara kita memandang persaudaraan dalam islam. Kita terkadang lupa bahwa semua umat muslim itu saudara, hingga sudah selayaknya kita menjadi umat yang peduli dengan sesama, saling menghormati, saling membantu, dan sebagainya.

Karena itu saya sedih bila teringat minimnya kepedulian kita, dimana sering kita membiarkan anak yatim putus sekolah karena tidak ada biaya, membiarkan orang miskin mengganjal perut dengan batu karena kelaparan, dan membiarkan orang miskin tetangga kita merintih kesakitan dan tak mampu berobat karena tak ada uang sepeserpun di tangan.

Berkaca dari "musibah" kelaparan yang di alami jamaah haji tahun ini tentu merupakan tragedi kemanusiaan yang memilukan. Tapi, tragedi lebih besar juga diderita saudara-saudara muslimlain yang hidup dalam kenestapaan. Mereka lapar bertahun-tahun dan tidak ada yang memperdulikan. Sebaliknya, kelaparan yang kami (jamaah haji) derita dapat mendatangkan kepedulian dari mana-mana.

Semua media massa memberitakan besar-besaran, pihak-pihak yang yang berwenang dikecam, mereka yang tadinya selama ini tidak peduli pun berubah menjadi mahluk yang paling peduli.
Sebenarnya, jemaah haji tetaplah bernasib lebih baik. Karena itu, saya memandang musibah tersebut sebagai ujian dan peringatan dari Allah.

Siapa tahu Allah memang sedang menguji kesabaran kami. Siapa tahu, dulu, keberangkatan haji kami tidak disertai niat yang tulus. Siapa tahu, ketika bersuka ria mengadakan syukuran haji, ternyata ada tetangga yang kelaparan. Siapa tahu, ketika datang ke bank untuk melunasi ONH, ternyata ada tetangga yang bertarung dengan maut karena tak punya uang untuk berobat.

Siapa tahu...siapa tahu...yang tertanam di hati itulah yang membuat saya_semoga jemaah haji lainnya_ semakin menginstropeksi diri bahwa masih banyak yang harus dilakukan setelah ini...meningkatkan kepedulian terhadap umat.

No comments: